Penerjemah Quran Dan Akhirnya Masuk Islam

Wawancara IQNA dengan Penerjemah Al-Quran Hungaria: Ganjaran Saya atas Terjemahan Al-Quran adalah Memeluk Islam (1)

Saya bukan seorang muslim saat mulai menerjemahkan Al-Quran, saya tidak memulai pekerjaan ini dengan motivasi agama, namun bergaul dengan Al-Quran untuk menerjemahkan ayat-ayat Al-Quran memiliki ganjaran yang besar bagi saya, dan itu adalah memeluk Islam.

Abdel Rahman Mihalffy, penerjemah Al-Quran dan Nahjul Balaghah Hungaria yang mengambil jurusan syariat Islam dan ahli dalam bidang halal, urusan keuangan dan interaksi dan seakrang ini merupakan ketua dewan fatwa Eropa untuk interaksi halal di Wina, Austria.

Saat wawancara dengan IQNA, dia menjelaskan upaya-upayanya dalam bidang terjemahan Al-Quran dan Nahjul Balaghah dalam bahasa Hungaria dan problem kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam masalah ini.

Berikut ini adalah teks ucapannya tentang cara terjemahan Al-Quran dan Nahjul Balaghah dan prestasinya dalam hal ini:
Saya tinggal di asrama mahasiswa saat belajar di universitas.

Saya memiliki teman sekamar dari Sudan, yang berbicara dengan saya hanya memakai bahasa Arab. Setelah tiga tahun bersamanya, akhirnya dengan mudah saya dapat berbicara dan berkomunikasi dengannya. Ketika lulus, maka saya dapat berbicara bahasa Arab dengan mudah. Saya berada dalam sebuah nuansa Kristen sementara teman saya adalah seorang muslim.

Karenanya, kami sama sekali tidak pernah berbicara tentang agama. Akhirnya saya bertanya sekali kepadanya, apa karya terbaik dalam bahasa Arab? dia menjawab, Al-Quran. Setelah selesai, dia kembali ke Sudan dan saya menemukan pekerjaan di Libya. Saya bertekat untuk menerjemahkan Al-Quran demi teman Sudan tersebut, yang telah memberikan kunci perbendaharaan bahasa Arab kepada saya.

Saya tetapkan sama sekali tidak memiliki motivasi agama ketika memulai pekerjaan ini. Setelah terjemahan halaman pertama usai, saya mengerti bahwa Al-Quran bukanlah sebuah makalah harian. Saya tahu bahwa ini bukanlah sebuah teks yang biasa dan membutuhkan pengetahuan lebih untuk memahami ilham-ilham tersebut. Karenanya aku membeli pelbagai buku-buku tafsir dan terjemahan-terjemahan seperti Yusuf Ali dan penerjemah lainnya.

Penerjemah ini mengatakan, terjemahan Al-Quran berubah menjadi sebuah kecintaan dan saya meluangkan selama 8 tahun guna merampungkan terjemahan tersebut. Sepanjang pekerjaan besar tersebut berjalan, saya mengalami perubahan. Ayat-ayat Al-Quran memberikan inspirasi kepada saya untuk lebih mengenal tentang komunikasi antara sang pencipta dan makhluk, kehidupan dan kematian.

Jika saya mengenal Islam hanya lewat lantunan Al-Quran saja, maka saya tidak akan memeluk Islam
Setelah terjemahan Al-Quran rampung dan dalam kesibukan belajar dalam jurusan syariat di universitas Al-Azhar Kairo, saya memeluk Islam. Dengan demikian masuk Islamnya saya adalah setelah rampungnya terjemahan. Meski demikian, saya sangat sedih, ketika melihat umat muslim tidak mengamalkan landasan-landasan Al-Qurannya. Saya yakin bahwa jika saya mengenal agama ini lewat seorang muslim dan bukan melalui Al-Quran, maka saya tidak akan pernah menjadi seorang muslim. Namun dengan kasih sayang Allah, Al-Quran menjadi guru saya dan sampai sekarang ini juga masih tetap demikian.

(IQNA/ABNS)

Leave a comment