Mengapa Dengan Asyuro?

Tentu bukan informasi baru kalau Asyuro menjadi ikon budaya islam baik suni maupun syiah dari sejak peristiwa itu terjadi sampai sekarang. Di Bengkulu, Asyuro ditandai dengan arak-arakan keranda aebagai simbol kesyahidan seorang pejuang dari cucu nabi yang disebut sayidina Husain. Acara dipadati ribuan pengunjung yang dipusatkan di sebuah kota bernama, Karabela. Bengkulu bukan kota syiah juga bukan kota suni. Ada sejumlah agama lain disana termasuk kristiani. Umat muslim dari semua golongan bersatu dan larut dalam keramaian supra hiroik itu.

Disana nampak terlihat jelas kekuatan dan wibawa islam. Budaya setempat telah berbaur dengan islam dalam aspek perjuangan yang diperankan oleh salah satu dari keluarga nabi. Perasaan cinta kepada nabi dan keluarganya membuat mereka harus setidaknya mengenang pribadi-pribadi agung yang mampu merubah sejarah generasi ke generasi. Bagi rakyat Benkulu, Muharram identik dengan Asyuro meskipun ada yang tidak tau peristiwa yang terjadi secara riil, sehingga yang tersisa dari seluruh kisah itu hanya perayaan simbolik yang diyakini sebagai khazanah budaya islam yang harus dilestarikan.

Dalam bukunya, “Kafilah Budaya”, Dr. Muhammad Zafar Iqbal mengatakan: ” tradisi Muharram di Indonesia diselenggarakan dibeberapa kota, Pariaman, dekat Padang ibu kota propensi Sumatra Barat, Bengkulu, Pidie, Aceh, Gresik dan Banyuwangi jawa timur. Selain itu terdapat juga dibeberapa kota lainnya di Indonesia. Pada zaman dahulu, masyarakat Sumatra Barat, tepatnya di Padang Panjang dan Solok, juga suka menyelenggarakan tradisi Tabut.

Tradisi itu di wilayah-wilayah pesisir Pariaman, Sumatra Barat, berasal dari mazhab Syiah. Tradisi ini dilaksanakan untuk mengenang cucu Rasulallah saw yang terbunuh di padang Karbala. Masyarakat Sumatra mengatakan, “Setelah imam Husain syahid, pasukan Yazid memotong kepala beliau as lalu meletakkanya di ujung tombak dan mengaraknya ke jalan-jalan dan ke pasar-pasar. Dalam keadaan itu, tiba-tiba muncul seekor burung yang bernama, “Buroq”. Burung itu mencabut kepala imam Husain as dari ujung tombak tersebut lalu membawanya ke langit”. H 159-160.

Secara umum menurut Dr Zafar Iqbal, persepsi masyarakat Sumatra Barat khususnya di Padang Panjang dan Solok, memahami sejarah Karbala dan mengetahui siapa yang benar dan yang salah dari para pelaku peristiwa itu. Husain dan Yazid dua nama yang tak asing di telinga mereka. Misi dan tujuan kedua tokoh itu sangat dipahami mereka dan mampu bertahan hingga sekarang, meskipun tengah digoncang orang-orang yang telah tertanam kebencian kepada keluarga nabi, yang itu artinya sama juga benci kepada nabi. Di wilayah Minangkabau, masyarakat Indonesia selalu mengadakan acara tarian tradisional di acara pesta pernikahan. Tarian itu bernama, “tarian Tabut”.

Dalam tarian itu dua kelompok orang saling berperang dengan iringan musik tradisional. Dalam keadaan itu, kepala keluarga datang lalu dengan memegang ujung kayu panjang yang telah dihiasi kertas warna warni ia menggerak-gerakkan kayu tersebut, sehingga kedua kelompok yang sedang berhadap-hadapan itu berpisah. Dikatakan, acara itu secara simbolik menceritakan latihan perang antara imam Hasan dan imam Husain, sehingga dapat disaksikan siapa sekiranya yang paling kuat diantara mereka berdua, dan yang keluar sebagai juara kemudian akan menjadi Khalifah kaum muslim”. (Kafilah Budaya, 162)

Yang perlu dicatat, adanya relevansi cukup kuat antara kultur jawa dan syiah menunjukkan bahwa syiah sudah ada di Indonesia sejak lama. Terlebih, hubungan berbungkus budaya ini kental nuansa agamanya yang dilukiskan sebagai perlawanan hak atas kebatilan. Ini bukti bahwa syiah bagian dari islam yang menyumbang bentuk perjuangan yang sesungguhnya kepada masyarakat indonesia, sebagai contoh sebuah perlawanan anti kemanusiaan dan anti keadilan yang mesti dianut setiap aktivis HAM dimana pun berada.

Orang-orang yang membenci syiah mereka seharusnya berkaca dari kekayaan budaya Indonesia yang sangat berarti. Kebencian mereka terhadap syiah, sama juga dengan membenci negara yang mengapresiasi budaya dan juga membenci sebagian masyarakat sebagai penganut syiah kultural. Apa yang mereka provokasikan tentang syiah adalah apa yang ingin mereka lakukan untuk merevolusi sejarah seperti yang telah dilakukan tirani Umawiyah, dengan berbagai upaya menghapus simbol-simbol ajaran syiah diseluruh dunia. Berbagai cara mereka lakukan.

Di jaman Muawiyah, sholat dibelakang Ali dibiarkan tapi hadist tentang Ali diotak atik. Memuji-muji Ali karena mencintainya, seseorang mesti diintimidasi tapi mengecam dan mencacinya diatas mimbar selama tujuh puluh tahun disunnahkan. Uluk salam kepada orang yang diduga berhaluan cinta Ali, ditangkap dan diintrogasi, bahkan tak jarang nyawanya melayang.

Di jaman sekarang, apa pun yang berbau syiah menjadi target dan dianggap seakan penjahat. Semua tulisan tentang syiah yang tertulis di kitab-kitab sejarah, dirubah dan diganti dengan kata-kata dan nama sesuai kehendak mereka. Video dan gambar-gambar yang beredar di Internet sering dijumpai sebagai hasil karya mereka yang sudah diedit.

Mereka sama sekali tidak percaya dengan sumber syiah asli. Persis seperti Muawiyah dan Khawarij yang menolak Ali apa pun alasan, sebagai sumber otoritatif sunnah nabi yang terpilih secara sah sebagai khalifah keempat setidaknya versi sunni. Apa pun pengertian tentang syiah, adalah sesat dan alat yang selalu dipakai adalah, karena syiah mencaci sahabat, taqiyah, mutah (zina), mitra Israil dan lain-lainnya. Kenapa mereka tidak mau melihat kalau syiah juga sholat menghadap kiblat, berhaji, berpuasa Ramadhon dan seterusnya..?

Jika di jaman Muawiyah, status penulis wahyu dan perawi hadist menjadi alat agar terlihat layaknya sahabat nabi yang baik, kini, neo-Muawiyah tak lagi segan menyatakan musuh Ali dengan mencaci, menfitnah, memteror, bahkan membunuh para pengikutnya yang tersebar diseantero dunia termasuk di Indonesia. Ada batas-batas tertentu dimana sikap Muawiyah tidak menunjukkan permusuhan secara terang-terangan karena takut kepada Ali.

Ia cukup memberikan perintah dengan imbalan tertentu kepada orang-orang yang dipercainya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Dari masjid sampai media, menjadi tempat propaganda anti Ali dan keluarga nabi yang dimainkan dengan cantik, sehingga banyak sahabat besar seperti, Abu Musa Al-Asyari, Abu Hurairoh, Amar bin Al-Ash, Samurah bin Jundub, Marwan bin Hakam dan lain-lainnya, terpengaruh tipu muslihatnya. Shifin, puncak permusuhan yang dimuntahkan oleh Muawiyah.

Racun yang ditanamkan Muawiyah bereaksi sampai sekarang. Racun yang sangat mahal ini diyakini sangat ampuh membasmi syiah khususnya di Indonesia, karena melibatkan banyak pihak. Dari MUI, sejumlah ormas, lembaga, komunitas, dan tentu juga media mainstreem persis seperti modus yang digunakan Muawiyah. Anehnya, dengan kuasa Allah, syiah sampai sekarang masih eksis. Seharusnya musuh-musuh syiah sadar betapa pun upaya dan biaya mereka untuk menghapus syiah di Indonesia hanya akan berbuah kesia-siaan. Dan lebih jauh, mereka semestinya melek kalau isu mazhab potensial sekali menjadi ajang konflik dan adu domba dari masa ke masa kalau mereka mau membaca sejarah.

Tapi, saya yakin mereka cukup paham bahwa syiah itu adalah benar, setidaknya benar dalam konteks perjuangan melawan dominasi AS-Israil yang secara riil tidak dapat ditolak. Hanya yang bermata rabun yang melihatnya berbeda. Sampai detik ini saya masih yakin sebagian mereka masih sehat matanya. Sukses menghasut sebagian sahabat, Muawiyah menguasakan sunnahnya kepada putranya yang bernama Yazid. Tidak ada dua kepala yang berbeda soal Yazid dan perbuatannya. Seluruh kitab sejarah menuliskan nama Yazid dengan tinta merah alias, penumpah darah, hanya kaum wahabi atau salafi yang terang-terangan membela dan masih melihatnya orang baik. Kaena itu, tak heran kalau di Arab Saudi ada sebuah jalan bernama, Yazid.

Jika pernyataan Ahlu sunah bahwa imam Husain milik bersama itu benar dan memang benar, lalu dengan berbagai upaya kaum wahabi ingin dianggap bagian dari Ahlu sunnah, mengapa mereka harus membela dan melindungi Yazid yang berlawanan dengan akidah Ahlu sunnah? Karena, tidak mungkin Al-Husain dan Yazid sama-sama benar seperti juga keduanya tidak mungkin sama-sama salah.

Jika Ahlu sunnah mengajarkan cinta yang sesungguhnya kepada nabi dan keluarganya, apakah bisa dibenarkan dengan pernyataan cinta juga, kaum wahabi menggunakan musuh-musuh keluarga nabi untuk menyatakan perang kepada syiah? Jika Ahlu sunnah merayakan Asyuro meskipun dengan cara yang berbeda, mengapa sekte wahabi menginkari dan menganggapnya sesat? Apakah masih bisa masuk sebagai Ahlu sunnah? Kalau kedua ormas besar di Indonesia menyatakan syiah benar dan tidak sesat, kenapa para pelopor wahabi dari ujung ke ujung kompak mempertahankan syiah sesat? Padahal, tidak dipungkuri dan saya pribadi jujur meyakini banyak figur-figur berilmu dikalangan wahabi.

Tapi, apa yang membuat mereka getol memusuhi syiah? Apakah mereka menganggap kedua ormas itu salah? Berarti menganggap Ahlu sunnah salah. Dan faktanya, Ahlu sunnah pun mereka perangi dengan selogan tauhid dan anti bidah sampai harus membiayai kendaraan mahal yang disebut, “parade tauhid”.

Sungguh, Asyuro sebuah refleksi totalitas perlawanan terhadap sekecil apa pun dari bentuk kezaliman. Nilai perjuangan anti kemanusian yang ditanamkan oleh imam Husain, sejatinya harus tertanam juga dibenak setiap orang yang menginginkan keadilan. Pelajaran yang memantul dari sahara Karbala, seharusnya menjadi buku pintar kehidupan yang mengajarkan setidaknya bagaimana seseorang harus tidak terjajah bahkan oleh eqonya sendiri.

Meskipun telah menelan banyak korban di beberapa negara tak terkecuali Indonesia, Asyuro tetap hidup dan tidak akan pernah padam selamanya. Pecinta nabi tak akan pernah membiarkan Asyuro terlarang untuk diperingati, seperti juga musuh-musuh nabi tak akan pernah mampu menghancurkan ajaran islam ini, yang telah menjadi sunnatullah diatas bumi.

Karena itu, sabda nabi, “setiap hari adalah Asyuro dan setiap bumi adalah Karbala”, tidak akan pernah lenyap meskipun musuh-musuh Allah berupaya memadamkan cahayaNya.

Apakah Benar Nabi Adam as mengahwinkan Putera-Puteranya dengan Puteri-Puterinya?

Diriwayatkan dalam ‘Ilal asy-Syara’i dengan sanad sampai kepada Zurarah, dia berkata bahawa Abu Abdillah as ditanya :

“Di kalangan kami terdapat sekelompok orang mengatakan bahawasanya Allah SWT mewahyukan Nabi Adam as agar mengahwinkan anak-anak perempuannya dengan anak-anak lelakinya dan bahawasanya umat manusia berasal dari perkahwinan antara sesama saudara?”

Abu Abdillah as menjawab,

“Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari hal itu dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. Siapakah yang mengatakan Allah SWT telah menjadikan pilihan makhlukNya dan bapa para NabiNya berasal dari yang haram dan apakah Dia tidak mampu untuk menciptakan mereka dari yang halal? Demi Allah telah dikhabarkan kepadaku bahawa pernah seekor binatang tidak mengetahui saudara perempuannya, ia mengahwininya lalu tersingkap bahawa binatang betina yang baru dikahwininya itu ternyata adalah saudarinya, maka langsung ia mengeluarkan zakarnya, ia gigit sampai putus, lalu ia tersungkur dan mati seketika.”

Diriwayatkan dari Abu Abdillah as,

“Setelah Allah SWT menurunkan Adam dan Hawa ke bumi dan setelah keduanya dipertemukan kembali, Hawa melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama ‘Utaq. Anak perempuan Nabi Adam as ini merupakan orang pertama yang derhaka di muka bumi, maka Allah kirim seekor serigala yang besarnya seperti seekor gajah dan seekor burung helang sebesar keldai untuk membunuh ‘Utaq.

Kemudian Hawa melahirkan seorang anak lelaki yang dinamai Qabil. Ketika ia menginjak dewasa, Allah SWT menampakkan seorang jin perempuan dari anak keturunan jin yang bernama Jihanah dalam rupa seorang manusia. Ketika Qabil melihatnya, dia langsung mencintainya, maka Allah mewahyukan kepada Nabi Adam as agar mengahwinkan Jihanah dengan Qabil.

Setelah itu, Hawa melahirkan seorang anak lelaki yang bernama Habil. Ketika ia telah dewasa, Allah SWT menurunkan seorang bidadari yang bernama Nazlah al Hawra. Tatkala Habil melihatnya, dia langsung jatuh hati, lalu Allah mewahyukan Nabi Adam agar mereka berdua dikahwinkan.

Kemudian Allah SWT mewahyukan Nabi Adam as untuk meletakkan pusaka kenabian dan ilmu dan menyerahkan kepada Habil. Nabi Adam as melaksanakan hal itu. Ketika Qabil mengetahuinya, dia sangat marah dan berkata kepada ayahnya, ‘Bukankah aku ini lebih tua daripada saudaraku (Habil) dan lebih berhak dengan apa yang telah kamu berikan padanya (yakni penyerahan pusaka kenabian dan ilmu)?’

Nabi Adam as menjawab, ‘Wahai anakku, sesungguhnya urusan ini berada di tangan Allah dan Allah telah mengkhususkan dengan apa yang telah aku lakukan. Jika kamu tidak mempercayaiku, persembahkan qurban kepada Allah. Siapa di antara kamu yang diterima qurbannya, berarti dia lebih berhak dengan keutamaan. Pada masa itu, qurban (yang diterima Allah) adalah dengan turunnya api, lalu api melahap qurban yang dipersembahkan itu.

Qabil, seorang pemilik tanah pertanian, mempersembahkan gandum yang jelek; sedangkan Habil seorang penternak domba, mempersembahkan seekor domba jantan yang gemuk. Kemudian turun api yang memakan qurban persembahan Habil. Kemudian Iblis mendatangi Qabil lalu memasukkan rasa dengki di dalam hatinya dan menghasutnya untuk membunuh Habil. Lalu Habil dibunuh oleh Qabil, saudaranya sendiri.

Kemudian Nabi Adam as datang ke tempat terbunuhnya Habil dan menangis selama empat puluh hari sambil melaknat tanah yang telah menerima darah anaknya dan tempat tersebut adalah yang terdapat kiblat Masjid Jami’ di Bashrah. Pada hari terbunuhnya Habil, isterinya iaitu Nazlah al Hawra, sedang mengandung. Dia melahirkan seorang anak lelaki yang kemudian dinamakan Habil (seperti nama bapanya). Setelah kematian Habil, Allah SWT mengurniakan Nabi Adam as seorang anak lelaki yang diberi nama Syaits.”

Abu Abdillah as meneruskan,

“Sesungguhnya Syaits adalah Hibatullah (kurnia Allah). Ketika Syaits dewasa, Allah SWT menurunkan kepada Nabi Adam as seorang bidadari yang bernama Na’imah dalam rupa manusia. Syaits langsung mencintainya ketika dia melihat wajahnyanya. Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Adam as agar mengahwinkan Na’imah dengan Syaits. Na’imah melahirkan seorang anak perempuan yang dinamakan Huriyyah. Ketika Hurriyyah telah dewasa., Allah mewahyukan kepada Nabi Adam as agar mengahwinkannya dengan Habil.

Maka semua manusia yang kamu lihat ini adalah dari keturunannya. Ketika selesai kenabian Adam as, Allah SWT memerintahkan Nabi Adam as untuk menyerahkan ilmu dan pusaka kenabian kepada Syaits, namun kali ini Nabi Adam memerintahkan Syaits untuk menyembunyikan dan bertaqiyyah kepada saudaranya agar saudaranya itu tidak membunuhnya sebagaimana Habil telah dibunuh oleh Qabil.” ( Bihar al Anwar, jil.11, hal.226)

Semoga riwayat ini dapat menjelaskan kepada kita tentang kekeliruan yang mengatakan Nabi Adam as menikahkan puteri-puterinya dengan putera-puteranya.

Imam Jaafar As Sadiq as menjelaskan kepada Sulaiman bin Khalid yang bertanyakan hal itu dengan menuturkan,

“Tidak tahukah engkau bahawa Rasulullah saw pernah bersabda, ‘Seandainya aku tahu kalau Nabi Adam as telah menikahkan puterinya dengan puteranyanya, sudah pasti aku akan nikahkan Zainab dengan Qasim. Sebab aku tidak membenci agama Adam.’ ”

Alasan Qabil membunuh Habil kerana urusan ‘wishayah’ (kepemimpinan setelah Nabi Adam as) bukan kerena mereka berselisih tentang saudara perempuan mereka sebagaimana yang sering kita dengar.

Sesungguhnya yang benar itu datangnya dari Allah SWT.

Antara Fitnah Kelapangan dan Fitnah Kesempitan

رسولُ اللهِ (صَلَّيَ اللهُ عَلَيهِ وَ آلِهِ): لَأنا لِفِتنَةِ السَّرّاءِ أخوَفُ
علَيكُم مِن فِتنَةِ الضَّرّاءِ، إنّكُمُ ابتُلِيتُم بفِتنَةِ الضَّرّاءِ فَصَبَرتُم، وإنّ الدنيا حُلوَةٌ خَضِرَةٌ.

Nabi (saww) bersabda, “Aku lebih mengkhawatirkan fitnah (ujian) kelapangan atas kalian ketimbang fitnah kesempitan. Kalian telah didera fitnah kesempitan, dan kalian berhasil menghadapinya dengan kesabaran, sementara dunia adalah sesuatu yang manis nan menggiurkan (bagi kalian).”

[Al-targhib wa al-tarhib, v. 4, p. 184, no. 74]

Anak Punk Tak Mesti Ngepunk..

Tadi siang banyak bersliweran para pungkers laki dan perempuan (anak2 punk berjambul dan berbulu tato) di jalan2. Entah dari mana mereka datang dan gk tau juga kemana mereka pergi. Jalan-jalan besar yang saya lalui ramai oleh derap langkah mereka yang lalu lalang dari dua arah jalan yang berlawanan.
Agaknya abis nonton konser tapi sepertinya tidak ada konser. Yang jelas benar2 aneh kayak kerumunan semut disiram air..😀

Saya tak abis pikir andai saja persatuan mereka kuat, apa jadinya negara ini? Lalu, sempat termenung sejenak..mengapa keberadaan mereka harus selalu dipersepsikan sebagai arogansi, kekerasan dan kenakalan, meskipun hari-hari mereka tak lepas dari atribut-atribut itu?
saya mencoba untuk tidak kompak dg persepsi diatas. Melihat sisi paling positif menurut loqika sederhana saya. Jangan-jangan mereka sedang show off dalam aksi yang tidak biasa terlihat. Aksi “unjuk nasib” yang seharusnya dihindari dan kini malah membanjiri anak-anak remaja kita.

Karena itu, saya semakin yakin dg cara apa pun yang diperagakan, hakikatnya mereka ingin berkata, “ini lho bahasa ku untuk membela negara”. “Siapa yang mau sepertiku..”. “Ok lah, aku bukan siapa-siapa..tp apa salahku apa dosaku?” Dan bahasa lain yang semuanya gambaran bahwa mereka juga seperti kita dan ingin menjadi seperti lainnya yang sedap dipandang. Tidak seperti ini penampilannya..walaupun seperti ukir-ukiran Jepara yang sangat mahal 😀, inilah aku yang larut dalam salah asuh dan salah arah, jadinya salah dipahami..😂
Semua itu jeritan hati mereka yang perih yang tidak bisa terkelola sepenuhnya. Apa sebab?
Tanggungjawab negara walaupun sudah mengarah mengasramakan mereka dirumah-rumah rehabilitasi, tapi apakah sebab-sebab yang mengkarakterkan mereka menjadi liar bisa diasramakan…?
Tak terkendalinya situs-situs porno, aksi-aksi kekerasan berbungkus sinetron, KDRT, lingkungan yang tidak kondusif dan banyak faktor lagi yang seakan menjadi syarat untuk berperan sebagai Pungker…
🌾~~~Miris..😰hanya termenung..tp msh banyak waktu untuk senyum bersama mereka 😀👏~~~🌴

Rakyat Densus 88 Sipil

Kelompok radikal meski berbeda pandang satu dengan yang lain, seperti FSA di Suriah yang lebih eksklusif dibanding rekannya JN (jabhah alNusroh) yang lebih moderat, mereka tetap satu dalam mega proyek mendirikan khilafah (dauwlah islamiyah) di berbegai negara termaduk Indonesia.

Karena itu, di Indonesia pengaruh ideoloqi mereka bukan barang baru. HTI dan PKS piyungan adalah dua kendaraan yang berafiliasi kesana. HTI pernah melakukan sumpah setia dengan FSA yang anti demokrasi, tapi solid dalam membangun negara khilafah. Sementara PKS berkiblat kepada IM (ikhwanul muslimin) yang notabene dibawah bendera memperjuangkan khilafah, yang tengah diupayakan secara massif oleh isis dan JN.

Jadi kalau dibilang barang baru, tidak benar. Kiprah mereka diluar sangat signifikan terutama di Irak dan Suriah. Maklum, semua fasilitas diproyeksikan oleh AS dan Israil secara vulgar termasuk dana yang membesarkan pengaruh kekuatan mereka.

Di Indonesia sudah lama jejak mereka dikenali diberbagai wilayah di tanah air. Masih ingat pelatihan militer yang diadakan Jakfar Umar Thalib asal Malang di Posso? Dan aneka peristiwa pengeboman termasuk bom bunuh diri di berbagai kota di nusantara, adalah bukti nyata bahwa mereka telah eksis sejak lama dan sampai sekarang tak tersentuh upaya serius pemerintah.

Banyak lagi bukti akurat yang memperjelas adanya kegiatan dan makar terselubung atas nama agama dan organisasi atau lembaga swadaya masyarakat, yang tidak bisa saya sebutkan disini. Dan sebenarnya masyarakat pun sudah tau. Apalagi beberapa tahun yang lalu, densus 88 saat melakukan operasi teroris, tampak bahwa pesantren dan rumah-rumah warga menjadi tempat persembunyian sekaligus pelatihan.

Peristiwa Sarinah hanya strategi yang lebih disebut sebagai shock terapy guna mengukur sejauh mana emosional, imeji dan sikap umat islam selama ini terhadap eksistensi dan perkembangan pergerakan kelompok radikal yang tetap dikendalikan oleh para pemimpin mereka, meskipun sebagian berada dibalik jeruji besi yang menunjukkan seakan masyarakat diyakinkan aman dari ulah mereka diwaktu berikutnya.

“Darurat wahabi”, bukan asbun dan bukan sekadar tanda bahaya. Tapi memang nyata-nyata sinyal peringatan yang harus diperhatikan bersama. Seluruh pengikut agama senusantara harus bahu membahu melawan laju pergerakan mereka yang sekarang tampil lebih elegan dan berbaur.

Langkah praktis sebagai antisipasi dini adalah, awasi setiap warga dikampung atau tetangga masing-masing, bila kedapatan melakukan hal yang tidak wajar. Ingat! Jangan main hakim sendiri. Awasi terus dan ikuti kalau memang semakin jelas gerak geriknya, catat nama dan no rumah lalu segera laporkan setelah ada persetujuan sejumlah anggota penting warga.

Ini praktis membantu aparat mencari tempat-tempat mereka yang sulit diidentifikasi karena perbauran dan barangkali keaktifan mereka dalam kegiatan sosial warga, sebagai langkah penyamaran dan menutup jejak. Di sejumlah daerah di jawa tengah, mereka menjadi tuan tanah. Bupati setempat sampai harus turun tangan melarang penambahan lahan yang dibeli untuk pembangunan pondok pesantren dan sarana dakwah dan pendidikan yang sudah berhektar-hektar. Pemilik tanah dikenal seorang pengusaha keturunan yang sangat milyader. Pengelola sejumlah perusahaan dan hotel.

Tampa kesertaan masyarakat, aparat tak mampu berbuat banyak. Himbauan dari saya adalah peringatan demi keutuhan NKRI dan keselamatan anak bangsa dari berulangnya sejarah masa lampau yang berdarah. Sesuai arahan dari Bp Kiyai H Mustofa Bisri (Gus Mus), bahwa NU dan Muhammadiyah harus menjadi garda terdepan melawan gerakan radikal.

Kita jangan mau mendengar lagi kata, “pengalihan isu atau apa pun sejenis…”. Sadar bahwa kita dan pemerintah sedang terancam. Cepat atau lambat kita sendiri yang merasakan. Belum lama juga rakyat dipusingkan aksi-aksi sektarian seperti yang dilakukan kelompok Annas dengan parade tauhid dan tablihg akbarnya. Berapa tokoh nasional yang telah terjerat dan terjebak kedalamnya? Sejatinya, ini bagian dari perang saraf yang membuat para ulama, kyai dan tokoh nasional lainnya harus turun gunung dan mendinginkan suasana.

Dalam terminologi fiqih, mereka disebut sebagai “mufsidin” orang-orang yang membuat kekacauan. Apalagi fase yang paling sukses mereka bentuk adalah, membenturkan sunni dan syiah.

Semoga Allah menyelamatkan negara dan bangsa dari perbuatan mereka. Amin
(Dari berbagai sumber dan info dari rekan intel)

Seks Dan Perilaku Pelajar Zaman Sekarang

Catatan penting bagi para orang tua dan guru, dari seminarnya Bunda Elly Risman, dari Yayasan Buah Hati.

Seks & Perilaku Pelajar Zaman Sekarang

Tulisan yang akan Anda baca di bawah ini mungkin tidak akan mudah diterima oleh hati karena isinya yang mengejutkan sekaligus menyedihkan.

Saya (yang menshare kisah ini-red) mendapatkannya dari seorang kawan yang mengikuti seminar dengan pembicara Ibu Elly Risman, M.Psi dari Yayasan Buah Hati.

Meskipun cukup panjang, tapi isinya perlu diketahui oleh semua orang tua yang peduli pada anak-anaknya, agar kita semua aware akan apa yang terjadi di sekitar kita.

Dan selanjutnya, kita bisa mengambil langkah preventif agar kejadian yang sama tidak menimpa buah hati kita tercinta.

Kuatkan hati Anda dan silakan menyimak catatan dan sharing yang berharga dari kawan saya:

=============================================
Dari Seminar 30 Oktober 2010 di Kemang Village, Jakarta.
Pembicara: Elly Risman, M.Psi (Yayasan Buah Hati)
Inilah isi Sharing kisah dari salah satu peserta seminar tersebut:

Seminar dibuka dengan layar presentasi yang menayangkan contoh SMS anak sekarang dengan bahasa membingungkan yang kini disebut bahasa ‘alay.

Mungkin Anda berpikir, alaaah…SMS alay kan bisa dibaca, meskipun bikin mata dan otak kerja keras dulu untuk tahu maksudnya. But NO! Tidak satu pun dalam ruangan itu yang bisa membaca SMS di layar.

Ternyata SMS itu harus dibaca harus dengan posisi HP terbalik (bagian atas HP menjadi bagian bawah)!

Dan –siap-siap kaget– isinya adalah:
”Hai, sayang, aku kangen nih. Udah lama kita GA ML (Making Love, alias bersetubuh-red), Yuk, mumpung bonyok lagi pergi, yuk kita ketemuan…”

Seisi ruangan seminar langsung heboh.

Pembicara pun menjelaskan, “SMS sayang-sayangan anak sekarang sudah bukan lagi ‘I love you’ atau ‘I miss you’, tapi ‘Udah lama GA ML (making love-Red)’.

Ini baru awal seminar, tapi mata semua peserta sudah melotot lebar.
Selanjutnya, pembicara menegaskan bahwa anak-anak kita hidup di era digital. Banyak isi media elektronik dan cetak yang bisa diakses anak-anak, namun sebenarnya mengandung unsur pornografi.

Pornografi bisa ‘mendatangi’ anak-anak kita melalui games, internet, ponsel, TV, DVD, komik maupun majalah:

• Games. Berdasarkan penelitian, games pada abad ke-21 menampilkan gambar yang lebih realistis, pemain bisa memilih karakter apa saja yang tak ada di dunia nyata. Games juga menuntut keterampilan lebih kompleks dan kecekatan lebih tinggi. Ini semua memberikan tingkat kepuasan dan kecanduan yang lebih besar.

Catatan dari pembicara:

Super hati-hati dengan games anak-anak Anda!

a. Ada games action yang berisi permainan tembak-tembakan, namun ternyata jika anak kita berhasil mencapai level akhir, bonus di akhir levelnya adalah ML dengan PSK.

b. Ada games berjenis role playing yang inti permainannya adalah tentang bagaimana ‘memperkosa paling asyik’! Anak bisa memilih perempuan model apa yang diinginkan –si perempuan tidak berbusana—lalu tinggal pilih bagian tubuh mana yang mau dipegang pertama kali. Cursor berbentuk tangan yang digerakkan oleh anak-anak kita.

Seisi ruangan seminar langsung heboh lagi. Gumaman ‘astagfirrullah’ bertebaran di ruangan.

Untuk menghindarinya, pikir baik-baik jika Anda ingin membelikan games untuk anak dan bila anak membeli games sendiri atau meminjam games dari teman. Hati-hati jika di depan sekolah anak-anak atau di sekitar lingkungannya ada warnet! Jenis games yang ada sangat murah dan gampang didapat. Jenisnya sudah di luar perkiraan kita!

• Internet. Situs porno bertebaran di dunia maya. Jangan salah, pembuatnya terkadang anak-anak kita juga! Bahkan untuk mendapatkan uang, mereka menjual video seks mereka sendiri!.

Kami ditunjukkan ribuan video seks yang gampang diperoleh lewat internet.

Catatan dari pembicara:

a. Siapa bilang ML harus telanjang dan harus di tempat tidur/hotel ? –> Kami ditunjukkan sekilas video ABG berseragam SMP, sedang ML di tangga dan berpakaian lengkap!
b. Hamil? Siapa takut? –> Bisa aborsi!

• Ponsel. Video-video seks tersebar dengan mudah melalui ponsel. Kapasitas ponsel yang besar memungkinkan si pemilik menyimpan file-file berukuran besar seperti video dan gambar porno. Anak Anda bersih? Bisa jadi dia medapat kiriman gambar/video dari temannya!
Pembicara kami, Ibu Elly, pernah didatangi seorang ibu yang syok karena menemukan gambar vagina seseorang di BB-nya. Setelah ditelusuri, itu milik temen sekolah (perempuan) putranya, yang sering meminjam BB beliau!

• Televisi. Program TV yang masih pantas ditonton bisa dihitung dengan satu tangan. Lainnya adalah program pembodohan, hantu, kekerasan dan pornografi. Jangan salah, iklan pun bisa menyesatkan. Selain itu, jangan anggap enteng sinteron/film Korea/Jepang! Lama-lama anak bisa ‘tercuci otak’ dan terbiasa dengan kekerasan atau seks bebas!

• Komik. Ya, komik memang bergambar kartun. Tapi soal cerita, ada komik-komik tertentu yang tidak kalah ‘seram’ dari novel porno. Bahkan lebih mengerikan karena didukung dengan gambar. Gambar sampul depan bisa jadi tidak menyiratkan kepornoan apa pun. Tapi di dalamnya, ujung ceritanya ternyata tentang seks bebas.
Dari survei yang telah dilakukan pembicara, salah satu judul games, komik, dan DVD yang masuk dalam kategori ‘bahaya’adalah NAR***. Hati-hati!

Apa tujuan semua ini? Apa yang ‘mereka’ inginkan dari anak-anak kita?

1. Yang mereka inginkan, anak dan remaja kita memiliki mental model porno.

2. Agar anak-anak kita mengalami kerusakan otak permanen, yang hasil akhir yang diincar adalah incest!

3. Sasaran tembak utama adalah anak-anak yang belum baligh. Jika anak-anak ini sudah mengalami 33–36 ejakulasi, mereka akan menjadi pecandu pornografi. Merekalah pasar masa depan bagi industri pornografi: Perfilman, majalah, musik, jaringan TV kabel, pembuat dan pemasar video games.
Proses kecanduan dan akibatnya:

1. Di dalam otak ada bagian yang disebut Pre Frontal Cortex (PFC). PFC adalah tempat dibuatnya moral, nilai-nilai, rasa bertanggung jawab untuk perencanaan masa depan, organisasi, pengaturan emosi, kontrol diri, konsekuensi dan pengambilan keputusan. PFC akan matang pada usia 25 tahun.

2. Sekali anak mencoba kenikmatan semu, maka ia akan kebanjiran hormon dopamin (hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus). Akibatnya ia akan merasa senang, tapi kemudian dalam hatinya timbul perasaan bersalah.

3. Saat anak merasa senang (kebanjiran dopamin), ia akan terganggu dalam: Membuat analisa, penilaian, pemahaman, pengambilan keputusan, makna hubungan, dan hati nurani. Akibatnya, spiritualitas atau imannya akan terkikis. Anak pun ‘tumbang, memilliki mental model porno yang bisa saja berujung pada incest!

4. Narkoba ‘hanya’ akan merusak tiga bagian otak , tetapi pornografi/seks akan merusak lima bagian!

Kelalaian kita sebagai orang tua:
• Selama ini telah terjadi kesalahan budaya karena ada pemahaman bahwa yang mengasuh anak hanya ibu. Ayah mencari nafkah saja. Bila memang perlu, baru lapor ayah. Ini salah besar. Keluarga Indonesia memerlukan revolusi pengasuhan!

• Orang tua kurang menghabiskan waktu dengan anak dan hanya menjadi weekend parent. Anak diikutkan les sana sini. Pertanyaan orang tua ke anak hanya ‘Bagaimana les-nya tadi? Nilaimu berapa, Nak? Kamu nggak bolos, kan?Kamu bisa ngerjain ujian hari ini?’ Akibatnya, anak-anak menjadi BLASTED (Boring–>Lazzy–> Stressed!)

• Orang tua merasa cukup menyekolahkan anak-anak di sekolah berbasis agama. Penerapannya? Nol besar! Orang tua menyuruh anak salat tepat waktu, sementara orang tua salatnya bolong-bolong. Orang tua berbaju tertutup, tapi anaknya main ke mal hanya memakai rok mini dan tanktop. Anak disuruh les mengaji padahal orang tuanya tidak bisa mengaji!

• Orang tua terkadang hanyut dalam tren. Melihat teman-teman anak di sekolah punya iPod, anak buru-buru dibelikan iPod juga. Orang tua malu karena anaknya hanya punya ponsel jadul yang cuma bisa SMS dan telepon? Anak pun dibelikan BB paling mutakhir.

• Orang tua bisanya memfasilitasi anak dengan gadget terkini, tapi gagap teknologi alias gaptek. Buktinya, baca SMS alay saja nggak bisa! Bagaimana mau mengawasi anak? Karena itu, jadi orang tua harus gaul dan pintar.

• Orang tua membelikan anak gadget/perangkat teknologi tanpa tahu akibat negatifnya, tanpa penjelasan dan tanpa persyaratan untuk anak.

• Orang tua sekarang adalah generasi orang tua yang abai, generasi orang tua yang pingsan! Yang penting anak sekolah,les, diam di rumah depan komputer, games, ponsel dan TV. Yakin, anak Anda aman?

• Orang tua jarang bisa berkomunikasi secara baik dan benar dengan anak, tidak memahami perasaan anak dan remaja.

Menjadikan anak tangguh di era digital:

1. Hadirkan Tuhan di dalam diri anak. Ajarkan untuk selalu ingat Tuhan dan taat kepadaNya sejak kecil. Hindari ucapan, ‘Jangan sampai kamu hamil ya! Bikin malu keluarga! Bapak Ibu malu!’ Ini salah besar. Ajarkan bahwa di manapun dia berada, Tuhan tahu apa yang dia perbuat.

2. Perbaiki pola pengasuhan. Libatkan kedua-belah pihak. Jangan jadi orang tua yang abai dan pingsan.

3. Anak perlu mendapat validasi, yaitu ‘penerimaan, pengakuan dan pujian’. Jangan jadikan anak Anda BLASTED alias Boring –> Lazy –> Stressed!

4. Bimbing anak agar bisa mandiri dan bertanggung jawab pada Tuhan, diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

5. Memberikan fasilitas pada anak harus dengan landasan dan persyaratan agama yang jelas.

Kiat menangkal pengaruh negatif yang datang melalui:
1. KOMIK
• Cek bacaan anak.
• Baca dulu sebelum membeli.
• Secara berkala, periksa meja belajar/lemari/kolong tempat tidur anak. Ingat, jangan sampai ketahuan anak!
• Kenalkan anak pada berbagai jenis bacaan.
• Diskusikan bacaan dengan anak.

2. GAMES
• Perhatikan letak komputer/media video games di rumah.
• Buat kesepakatan dengan anak tentang:
o Berapa kali dalam seminggu boleh bermain games.
o Kapan waktu yang tepat untuk main.
o Games apa yang boleh dimainkan
o Sanksi apa yang diberlakukan jika melanggar

• Dampingi anak dalam membeli games dan cek selalu rating games dalam kemasan games.

Banyak video games memiliki rating AO (Adult Only) atau M (mature) yang dibajak oleh ESRB (Entertainment Software Rating Board — lembaga pemberi rating untuk games hiburan) lalu diubah rating-nya menjadi Teen, seperti GTA San Andreas, Mass Effect, Gta IV dan banyak lagi.

Catatan:
Maraknya games kekerasan yang menampilkan adegan seksual di tengah-tengah permainan seperti ‘GTA: San Andreas’ dan ‘Mass Effect’ mendapat kecaman keras dari banyak kalangan seperti Jack Thompson dan Hillary Clinton. Hal ini memaksa produsennya mengganti rating ESRB-nya menjadi AO (awalnya M <Mature>) dan mengakibatkan profit perusahaannya turun hingga $28.8 juta.

Salah satu peristiwa tragis yang dipicu oleh games kekerasan terjadi pada 20 Oktober 2003. Aaron Hamel dan Kimberly Bede menjadi korban penembakan yang dilakukan oleh dua remaja, William dan Josh Buckner, karena keduanya terinspirasi setelah memainkan GTA:III. Akibat kejadian itu, Aaron meninggal dunia, sedangkan Kimberley mengalami luka parah.

3. TV
• Atur jam menonton TV
o No TV di bawah umur 2 tahun.
o Anak 5–7 tahun paling lama menonton TV: 2 jam/hari
• Kenalkan dan diskusikan tentang program TV yang baik dan buruk.

4. INTERNET
• Perhatikan letak komputer. Jangan pasang komputer menghadap dinding.
• Lakukan filterisasi terhadap situs porno (pasang alat pemblokir situs porno)
• Buat kesepakatan tentang waktu bermain internet.
• Secara berkala, cek situs apa saja yang telah dibuka anak di komputer.

Ikhtiar terakhir orang tua:
1. Perbanyak mendengarkan perasaan. Gunakan dua telinga lebih sering daripada satu mulut.
2. Orang tua harus TTS (tegas, tegar, sabar).
3. Meningkatkan diri dengan berbagai macam pengetahuan melalui seminar, pelatihan, buku parenting dan ilmu agama)
4. Setelah semua upaya —> DOA

Jujur, ketika saya mengikuti seminar ini, beberapa kali saya menitikkan airmata. Betapa saya merinding hebat dan ingin segera pulang memeluk anak-anak saya.

Semoga kita tidak termasuk jenis orang tua yang pingsan dan abai.
Semoga anak-anak kita menjadi orang saleh yang selalu dilindungi oleh Yang Maha Kuasa.

Note: ===============
Terimakasih kepada ayah/bunda yang telah berkenan menuliskan hasil seminar ini untuk bisa di ketahui oleh lebih banyak orang tua dan guru.

Tolong bantu di share jika kira-kira dirasa bermanfaat dan perlu diketahui semua orang tua dan guru.

Bela Negara = Bela Agama

Saya akan mengawali tulisan ini dengan ucapan Buya Syafii yang mengatakan: “jangan dikira hati ini ngak remuk menyaksikan kekacuang yang sedang berlangsung di negeri tercinta ini”. Dan Bapak KH. Said Agil Siraj yang mengatakan: ” kekerasan adalah ancaman NKRI”.

Perlu berapa lama lagi kita harus memperpanjang usia konflik diantara kita? Apakah kita termasuk bangsa beragama tak bermoral? atau harus gantungkan cangkul keleher Tuhan lalu kita duduk manis? Sama buruknya karena memang tak ada pilihan lain untuk terus merawat konflik.

Kita sedang ada di rimba “darurat NKRI” dan dunia tau itu. Ada di tengah tekanan politik, ekonomi, hukum dan belakangan agama ikut bergabung. Terlepas siapakah presidennya, kita harus seribu sadar untuk menanti matang dari suatu buah harus melalui proses. Mengkoreksi, menghujat apalagi membypass proses sama juga makan buah yang belum atau sudah terlalu matang.

Kita bangga karena kita punya pejuang kemerdekaan RI, karena itu untuk mereka kita sematkan label pahlawan. Tapi, sayang, karakter penjajah belum sepenuhnya hilang ditengah idealisme label penuh gemilang. Adakah keinginan kembali kebelakang dan entah (sekarang ini atau..) kita sebenarnya sudah atau akan..

Politik itu bagaikan lingkaran yang tidak ada ujung. Semakin ada keinginan diungkap, ia semakin galak. Ia lebih pintar menyambar dari pada mengelus-elus. Bukan berarti sudah baik kalau kita bijak menerima perbaikan yang sedang diatur, tapi, setidaknya percayakanlah bahwa disana harapan rakyat tengah diproses.

Faktanya, bermain itu tak semudah menonton. Belum lagi pandai menilai, kita sudah berani menyalahkan. Cobalah tanya kepada diri kita, mampukah kita mengatasi kalau saja kita sebagai Jokowi? Negara ini butuh keseragaman bukan penilaian. Tidak mudah untuk keluar dari kesulitan. Semaju apa pun suatu negara, kesulitan tetap berat disingkirkan apalagi bumi nusantara yang multi etnis, budaya dan keyakinan.

Ketidak-puasan tidak membuat negara menjadi maju. Terlebih bersiasat mencari tandingan dibalik pernyataan-pernyataan negara gagal, tak mampu bersikap, lupa janji dan seterusnya..yang justru hanya menanamkan benih-benih hasutan ditengah masyarakat yang sedang pongah.

Menarikan anti kebijakan yang tengah berlangsung diatas slogan perubahan dan penolakan, itu artinya menjebak pemerintah terseret ancaman ISIS dan unsur-unsur lain di negeri ini yang anti dan mengganggu NKRI. Dengan begitu negara tinggal menunggu waktu untuk dihancurkan. Rakyat menderita dan para penari kabur ke luar menyusun strategi baru bersama afiliasinya dari negara asing, dan negara kembali terjajah. Hal ini bukan tidak mungkin. Kejahatan ISIS di Irak yang saat pertama kalinya meletus, mungkin hanyalah mimpi mengandaikan ia ada di negeri ini. Namun, faktanya ia tengah mempora-porandakan Perancis. Dan ternyata ia pun sudah masuk ke Sulawesi.

Jadi, mari kita sadar apa yang mesti kita lakukan untuk keselamatan negara dan bangsa. Yakinlah keselamatan negara keselamatan agama pula. Tidak perlu lagi bersengketa dalam persoalan agama, aliran dan perbedaan. Apakah sejarah berdarah masih kurang meyakinkan kita atas bahaya sengketa agama? Kurangnya peduli pemerintah dalam menfasilitasi dan bertindak, bahkan terkesan berat sebelah, meski tak berarti memberi kesempatan untuk terus saling menyikut, jauh lebih aman kalau kita akhiri masa perseteruan ini dengan saling berbenah diri merapat ke arah persatuan NKRI yang sedang terancam.

Musuh negara dan musuh agama, mazhab atau…adalah satu, Kapitalisme. Apakah lantas kita aman kalau terbebas dari sengketa mazhab dan yakin tak ada lagi masalah lain? Tidak..masih banyak masalah di bank PR kita. Karenanya, selagi masih mengutamakan keadilan dan nilai kebangsaan, tanggalkan semua atribut sektarian yang ia hanya sampah di megahnya cita-cita kita beragama dan bernegara.

Kunci rapat-rapat pintu kebencian yang memicu permusuhan. Antar tokoh nasional diadu satu sama lain. Antar pejabat dan ulama saling menghujat, siapa yang untung? Itukah disebut perilaku agama? Nasionaliskah gaya dakwah dan model kekuasaan seperti ini? Apa yang kita nanti? Demokrasi, kemajuan, kemakmuran, toleransi, dan…kita banyak tertawa disana karena angkuh ditempat yang seharusnya kita menangis, meratap dan menjerit. “Hati ini sudah remuk”. Kapan lagi wahai kita yang sunni maupun syiah..

Ka’bah ikon persatuan kita jangan hanya penting disaat kita mau beribadah saja. Jadikanlah pedoman abadi disetiap langkah memperjuangkan Indonesia bersatu yang tangguh, berwibawa dan maju. Kita harus bangga menjadi bagian dari negara yang kuat melebihi bangga kita menjadi seorang yang beragama. Karena agama saja tidak cukup perlu kekuatan yang menjunjung tinggi keadilan. Dan disanalah agama jauh lebih eksotis terlihat.

Pemimpin Sebab Lahirnya Revolusi

[11/11 15.16] ‪+62 877-3335-9711‬: Salam warahmah…
Kedalaman pengetahuan dan kearifan sang imam (khumeini ra) dalam memimpin umat (rakyatnya) bisakah dikatakan bahwa itulah yang melahirkan ‘keteguhan’ sikap rakyatnya…?
Kiranya ustad bisa memberi wawasan utkku yang fakir ini…🙏

(Ditanyakan oleh, Bp Nur)

Wa alaikum salam..

Dimana saja terjadi pergolakan dan pada gilirannya sering melahirkan revolusi, hampir tak dapat dipisahkan dari peran orang-orang yang menjadi sebab terjadinya revolusi. Di Indonesia, ketika rakyat sudah jemu dan marah dengan pak Harto yang dianggap ketika itu menjalankan politik Kkn, lewat tangan pak Amin Rais sebagai pendobrak tembok china yang sebelumnya terlalu kokoh untuk ditumbangkan, dengan satu suara satu langkah, rezim babe pun akhirnya tumbang. Madeg pandito menjadi akhir perjalanan karirnya. Yang mesti diketahui, sehebat apa pun kemampuan rakyat tidak dapat dipercaya mengawali sebuah totalitas gerakan perubahan. Hal itu sama lemahnya bila mereka juga dipimpin seseorang yang tidak mempunyai konsep jelas atau kepribadian tangguh. Dua-duanya justru membawa negara tercerai berai seperti yang terjadi di Afganistan dan Libiya. Al-Husain ketika menggulirkan pesan, “aku keluar demi memperbaiki agama kakek ku”, tidak dimaksudkan seperti lampu hijau pertanda harus jalan. Apa pun semangat yang dikobarkannya kalau umat tidak terbakar semangat yang sama, yang terjadi hanya konyol semata. Prinsip gerakan Husaini yang diperjuangkannya, haruslah dengan menanamkan militansi nilai juang tinggi untuk meraih keadilan yang tengah terkoyak. Karena itu, beliau sedang membakar emosi seluruh lapisan umat dengan pesan diatas yang dijadikan simbol perjuangannya. Dengan cara itu, semangat dan loyalitas dengan sendirinya memantik langkah pasti menuju pergolakan bahkan tak khawatir terjagal kemungkinan adanya pengkhianatan dan resiko lainnya. Dari bara teguhnya hati pemimpin, memercikkan kembang api kesadaran dan semangat rakyat. Kunci revolusi ditangan pemimpin dan rakyatlah yang membuka pintunya. Saat itu juga dan bahkan masih di bangku kuliah, Ahmadi Nejad satu dari orang-orang imam Khumaini yang menjadi pion terdepan mendobrak rezin syah Reza Pahlevi yang memimpin dengan sewenang-wenang. Apa yang membuatnya seberani itu? Idealismenya menegakkan keadilan yang ditanamkan imam kepadanya sejak ia masih sekolah, membuat Nejad jatuh cinta kepada misi imam yang tersolek semangat syahadah Husaini.

Islam Husaini Versus Islam Yazidi

Ada dua wajah islam semenjak peristiwa Karbala terjadi. Sebelum itu, polesan wajah islam selalu terlihat cantik, ceria dan berseri seakan habis keluar dari salon perawatan kecantikan. Harus diingat, kecantikan yang membungkus islam saat itu bukan datang dari sunnah nabi, melainkan sebuah aplikasi abal-abal yang didonwloud dari sunnah bani Umayah kontra garis penerus nabi.

Islam masih cukup pintar mencari jejak peninggalan nabi. Para hafizd quran masih banyak terlindungi walaupun hafizd kata-kata Ali terancam nyawanya. Agresifitas cita rasa beragama tak selalu terlihat norak. Meskipun pecinta dan pengikut Ali benar-benar terancam, pedang Muawiyah masih bersarungkan islam sebagai manuvernya.

Muawiyah yang licik mampu menciptakan situasi dimana ia bisa terlihat sholeh oleh sebagian muslimin. Ditengah mereka, ia masih dielu-elukan setidaknya sebagai pencatat wahyu. Sekian tahun lebih ia berkuasa, seluruh media ada ditangannya. Salah satunya dan yang paling efektif yaitu, mimbar-mimbar jumat diubahnya menjadi tempat dimana menantu nabi dikecam selama tuju puluh tahun. Selama itu pula setiap bayi yang baru lahir dibesarkan dengan Asi kutukan.

Opini berubah dari islam wahyu menjadi islam palsu. Dari sunnah menyertakan keluarga nabi dalam bersholawat menjadi sholawat Batra’. Muawiyah sukses memberangus simbol-simbol warisan nabi. Yazid tidak sesabar ayahnya. Ia sadar kalau ada sesuatu yang masih harus diperbaiki dari kebijakan ayahnya, setelah nama ahlulbait tercoreng dari ternodainya simbol-simbol mereka.

Yazid merasa selama rantai kenabian masih tersambung, kekuasaan yang akan dijalankannya tak mungkin berlangsung. Ia harus bersikap lebih jujur mewujudkan impiannya dari pada sang ayah. Yazid harus mengambil langkah-langkah pasti dan tentu berkaca dari apa yang telah diperbuat sang ayah. Satu-satunya pilihan menyelamatkan kekuasaannya adalah menyambut Al-Husain dengan pedang. Tak ada yang harus dikoreksi dari keputusannya.

“Khoirul Bariyyah”, selaku umat penjaga amanah nabi, harus dimusnahkan. Tak ada satu peluang pun bagi Al-Husain untuk diabaikan sepanjang baiat kepada Yazid yang dipaksakannya tidak diindahkan. Tidak butuh waktu lama buat Yazid menyiapkan hari yang tepat. Orang-orang yang dahulu ada di pihak ayah, kini secara auto-save masuk ke kandangnya.

Muawiyah tidak saja sukses menjauhkan rakyat dari Ali, ia pun sukses mewariskan mereka kepada anaknya menjadi pembela. Era Muawiyah, menciptakan orang-orang yang tidak tau Ali kecuali manusia terkutuk. Kini di era Yazid, level terkutuk sudah mengalami penyempurnaan kualitas kata menjadi, ” sesat dan bukan islam”, persis seperi di jaman kita ini.

Dan pengikutnya diberi label, pengikut ajaran sesat dan non muslim. Apakah karena alasan ini pula, imam Syafi’i harus menyatakan: “kalau mencintai keluarga nabi disebut Rafidhi, maka saksikanlah wahai jin dan manusia bahwa aku Rafidhi”. Dan karena sikap seperti juga para pengikut Al-Husain bukan semakin takut tapi semakin berani dan semakin tercengkram cintanya.

Islam yang tengah kita saksikan sekarang, islam dengan tampilan dua wajah, wajah Husaini dan wajah Yazidi. Tidak sulit membedakannya seperti halnya tidak mudah memisahkannya. Orang-orang munafik dan yang hanya islam stealnya saja, yang mudah larut dalam propaganda dan manuver media. Namun, orang-orang cerdas, berjiwa besar dan berpikir bijak selalu waspada dan tidak gampang menelan semua berita.

Mengapa Radikalisme Menjadi Ajaran?

Dunia tidak pernah lepas dari keramaian hak dan batil. Dari keduanya, lahir masing-masing pemeluk. Kita yakin, kebenaran menjadi kata yang sering diperebutkan kedua belah pihak untuk menarik simpati.

Acapkali keduanya disampaikan dengan wajahnya yang palsu yang membuat orang bimbang, bingung dan pusing seribu keliling. Memang, benar tetap benar tidak dapat dimanipulasi, rawan dimark up iya. Butuh hanya satu kata untuk menyatakan benar itu salah, tapi perlu seribu kata untuk meyakinkan sesuatu yang benar itu adalah benar. Sudah menjadi suratan takdir.

“Pejuang kebenaran laksana pembawa bara api”, begitu Nabi mengatakan. Hanya perlu satu kali trik dan satu kali tampil, David Coopervild mengilusikan permaian didepan ribuan penonton yang sangat mencegangkan. Sementara membuatnya agar tidak diyakini benar sebagai fakta, perlu kesaksian dan pembuktian berkali-kali. Begitu mudahnya kebohongan diterima.

Meski begitu, yang dicari tetap yang benar. Mesin ATM yang dibobol dan dikuras uangnya, pelaku akan tetap merasa benar dengan melarikan diri dan menghilangkan jejak. Bila masuk ke ranah agama, tentu pelaku kekerasan yang tidak ditolerir agama akan merasakan hal yang sama. Demikian ini sampai agama sering identik dengan kekerasan karena anggapan benar pelakunya.

Aksi-aksi radikal dimana pun berada sadar atau tidak, berjalan menuju ruang dimana didalamnya terbentuk rangkaian opini publik yang akan semakin kuat seiring kuatnya semangat. Nah, sekali lagi disini banyak yang bingung dan tak jarang yang tersesat. Kalimat, “gila dan sesat” yang disematkan kepada Mansur Al-Hallaj, tokoh sufi penganut paham sakao dalam zikrullah, disebabkan kalimat itu yang diproduksi secara massif. Seakan tak ada pilihan untuk menolak kalau Mansur tidak sesat. Mungkin anak-anak pun jadi ikut-ikutan mengenalnya.

Betapa berbahayanya pelabelan kata-kata yang membuat orang atau kelompok tertentu jadi terancam nyawanya. Kalau kita kembali kepada sejarah berdirinya paham Wahabi-takfiri, tak ada yang tidak tau kalau paham itu dicangkokkan kedalam tubuh islam oleh Inggris di daerah Najd, Saudi arabia sekarang. Mengapa paham ini? Karena, Wahabi lahan paling subur dijadikan target mengemas kebohongan dengan kebenaran. Bukan hanya lantaran mereka piawai di sektor konflik, tapi misi ini telah mendapat legalitas para ulama mereka yang menanamkan fatwa-fatwa secara resmi di kitab-kitab induk mereka. Seperti, kitab, Ad-Duroru Saniyyah, Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah dan lain-lainnya.

Surat sakti inilah yang mendorong mereka membuat agenda dengan muatan pensesatan dan pengkafiran kepada sesama muslim. Disini rahasia kekuatan dan semangat yang ditunggangi kata jihad yang berapi-api yang sulit dikendalikan. Prinsip ini yang terus mereka gerakkan dan parahnya status kondisional tak pernah ada di kamus hidup mereka. Karena ini pula, syiah sering tertuduh sesat karena rajin bertaqiyah sebagai modus. Harusnya, sebagai catatan ayat kisah penganiayaan sahabat Ammar bin Yasir dibuang yang pada saat itu ia dipaksa mencaci Nabi. Dan Ammar pengagung Nabi yang akhirnya direstui Nabi atas tindakan keji yang dipaksakan kepadanya oleh orang-orang kafir. Ammar terpaksa harus melakukan dan seperti inilah bentuk Taqiyyah yang dianut syiah sebagai suatu ajaran.

Ketika kekerasan yang menjelaskan islam dikenalkan untuk diterima sebagai ajaran yang pasti memicu pro dan kontra, ia tidak serta merta diterima apalagi negeri kita penganut islam yang ramah. Muncullah strategi baru yang digadangkang sebagai mantera ampuh demi kelangsungan misi mereka. Terjadilah apa yang disebut, “loqika terbalik”. Kalau sebelumnya, dakwah yang selama ini mereka lakukan bertujuan memperoleh bagian status “diakui” ditengah masyarakat muslim, dan itu gagal. Kini, teknik baru yang sudah termodifikasi fatwa berangsur-angsur disebarkan.

Dulu, status mereka agar terlihat ulama dan paham mereka bagian dari ahlusunnah, sekarang dengan loqika terbalik dimana kandang lawan sudah menjadi tempat pangkalan meluncurkan rudal-rudal superbrand untuk mengecoh opini. Kata, “kami pemeluk ajaran tauhid murni” diganti dengan, “kaum syiah orang-orang berpaham Majusi”. “Akidah kita ahlusunah harus dipertahankan”, menjadi, “syiah rafidhoh harus diperangi”. “Kami pengikut ahlulbait nabi”, menjadi, “syiah sesat karena suka mencaci sahabat”.

Meski trik ini gampang terbaca terutama kalangan terpelajar, setidaknya upaya menjadikannya icon agar mereka dianggap pejuang ahlusunah terbilang ampuh. Untuk lebih memaksimalkan, sejumlah tokoh, ulama bahkan pejabat dilibatkan menjadi duta dan sponsor agar lebih terlihat islami dan sah secara formal. Bisa jadi orang-orang yang dilibatkan tidak tau asal muasal mazhab ini. Menarik sekali, sebegitu mudah dan secapat itu mereka dijadikan kendaraan disaat mereka dituntut negara memperjuangkan nilai kebhinikaan dan kesatuan NKRI.

http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/30/np4yi6-pemkab-lebak-waspadai-penyebaran-paham-radikalisme-dan-isis